Setibanya di pintu masuk menuju spot tersebut, terdapat palang yang terbuat dari bambu yang bertuliskan “Stop Dilarang Masuk”, tulisan tersebut ternyata dibuat sejak merebaknya virus Covid-19 beberapa waktu lalu. Dan kamipun dicegat tidak boleh masuk menuju spot tersebut, dengan alasan adanya virus Covid-19 dan akibat kenalan remaja yang sering terjadi di lokasi objek pariwisata Tahura H. V. Worang Gunung Tumpa dan Bukit Doa Kota Manado. Dan kami disuruh untuk melapor ke Pemerintah setempat dalam hal ini kami bertemu dengan Lurah Meras selaku “penguasa” tempat tersebut. Alhasil, kami berhasil masuk dengan izin dari Ibu Lurah yang baik hati dan tidak sombong tersebut, yang belakangan ternyata masih berstatus bujangan.
Perjalanan kami lanjutkan menuju tempat yang merupakan milik Pemerintah Kota Manado, yaitu Bukit Doa, tapi karena jalan yang rusak dan akibat hujan semalam mengakibatkan adanya lumpur di tengah jalan, akhirnya kami tidak dapat masuk melihat pemandangan yang indah di tempat tersebut, dan kami hanya mengambil foto sebagai kenang-kenangan.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Tahura H. V. Worang Gunung Tumpa, dan hasil yang sama, ternyata sejak bulan maret tempat tersebut sudah tidak bisa dikunjungi. Padahal, sebelumnya adanya Covid-19, tempat tersebut setiap hari dikunjungi oleh ratusan turis asal China.
Dari tempat ini kami melanjutkan perjalanan menuju spot yang terakhir yaitu tanjakan yang dapat dilihat secara langsung 5 Pulau sekaligus yang masuk di daerah administratif Kota Manado, pulau tersebut yaitu Pulau Manado Tua yang kelihatan ada gunungnya, Pulau Bunaken yang terkenal dengan taman lautnya yang indah, Pulau Siladen yang juga tak kalah cantiknya taman lautnya, Pulai Mantehage yang banyak didiami oleh warga, dan terakhir Pulai Nain yang terkenal dengan pasir timbulnya di kala pagi hari.
Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 25 menit ini terobati dengan melihat indahnya 5 pulau tersebut, sungguh indah ciptaan Tuhan ungkap Yandry Winerungan, diamini oleh Adrian Talumepa dan Veygi Hamel. Memang menakjubkan ini pemandangan, memang gagah kote ini Kota Manado punya tempat Pariwisat, sambung Rainaldy Timothy Menajang.
Setelah kami berpose dengan kijang kesayangan kami yang pada waktu itu diganjal dengan batu karena takut kijang kesayangan kami tergelincir meluncur kebawah, kami melanjutkan untuk menikmati kuliner bubur manado atau tinutuan di bilangan kawasan Boulevard 2 Manado, sesampainya disana, 3 rumah makan yang menyediakan bubur manado penuh sesak dengan orang-orang yang habis berolahraga sepeda, dan jalan sehat. Karena takut dengan pandemi Covid-19, akhirnya owner kijang biru yang sempat mengikuti kontes automotif bro Richard Rawis akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah, dan sepenggal cerita 1 Juni 2020 hari Lahirnya Pancasila berakhir disini.
Sampai bertemu kembali dilain waktu.
Salam sehat..
Bravo TKCI Manado